Senin, 23 Oktober 2017

Hidup Oleh Iman Jangan Setengah-Setengah

Di tulisan saya sebelumnya, saya telah menuliskan betapa saya menyadari bahwa saya yang dahulu ketika SMA merasa anak yang pintar, nyatanya ketika masa kuliah, saya melihat bahwa saya bukanlah demikian. 
Tuhan sekali lagi membuktikan kedaulatan dan pengaturannya yang ajaib untuk menyatakan bahwa aku bukanlah siapa-siapa tanpa Kristus.
Well, sedikit pengalaman akan saya bagikan bagaimana dalam perkara kecil Tuhan memberikan suatu jalan bagiku untuk mengerti apa itu Hidup Oleh Iman.


Karena begitu kuatnya dorongan dosen pembimbing saya agar saya maju sidang secepatnya di bulan Oktober, saya pun dengan gigih dan fokus untuk menyelesaikan Tugas Akhir saya ini dalam waktu yang teramat singkat. Dosen Pembimbing saya selalu bilang, "Kamu harus fokus.", "Kamu harus lurus, saya lihat kamu ini terkadang tidak lurus.", "Kamu itu saya lihat tidak percaya diri.", "Kamu harus berani dan punya semangat juang.", dll.
Saya sering di dalam hati bersungut-sungut, ya memang saya begitu. Tetapi, sir. Saya ini belum siap. Daripada saya tidak yakin mending saya mempersiapkan dengan baik dan maju di bulan Januari. Saya juga belum melengkapi berkas saya untuk mendaftar sidang. Sementara pengumpulan berkas tidak sampai seminggu lagi.
Walaupun di dalam hati bersungut-sungut demikian, ternyata dosen saya itu tahu yang saya pikirkan. "Kalau kamu sudah menetapkan bahwa kamu maju di bulan Oktober, harusnya setiap apapun penghalangnya,, kamu harus terjang." Dalam setengah jam, saya pun mendengarkan nasihat panjang lebar dari beliau yang membuat saya menyerah, "Well, aku akan maju di Bulan Oktober."
Saya pun lebih fokus dan gigih menyelesaikan laporan saya tersebut. Saya sampai tidak ada waktu untuk bersekutu dengan Tuhan mengenai apa maksud Tuhan mengaturkan situasi demikian padaku. Semua kata-kata dosen saya itu terngiang-ngiang di otakku selama pengerjaan TA saya ini. 
Satu hari sebelum pengumpulan, Tugas Akhir saya telah selesai di dalam draft. Aku sangat berterimakasih pada Tuhan untuk dosen pembimbing saya itu, ketika saya melihat tidak ada harapan, beliau membuat harapanku untuk maju di bulan Oktober menjadi nyata. 
Hari itu, saya mengalami bahwa di dalam Tuhan masih ada pengharapan. Cukup.

Tetapi ternyata Tuhan bukan ingin mengajarkan itu padaku. Sesuatu yang aku lupakan. Hingga akhirnya Tuhan perlu mengaturkan situasi "tambahan" agar Tuhan ada jalan untuk mengajarkan hal yang Dia maksud padaku.
Saat pengumpulan berkas-berkas untuk maju sidang TA, sebenarnya ada satu berkas yang belum ada yaitu score TOEFL yang memenuhi syarat. Well, kalian tahu aku yang merasa kemampuan Inggrisku lumayan tetapi harus menghadapi jatuh bangun hanya untuk menghadapi test TOEFL yang berulang-ulang. Aku bahkan sempat bersungut-sungut pada Tuhan karena melihat teman-temanku yang kemampuan Inggrisnya standar atau di bawah standar tetapi mereka mendapatkan hasil TOEFL yang lebih baik daripadaku. Siapa yang tidak kesal coba? 
Kaprodi sudah memberi waktu tambahan padaku agar aku menuntaskan TOEFL-ku terlebih dahulu barulah mendaftar sidang. Beliau berjanji akan tetap menjadwalkan sidangku di bulan Oktober. Bayangkan, aku harus mengikuti empat kali test TOEFL berturut-turut sampai akhirnya mendapatkan score yang layak. Score yang aku dapatkan benar-benar "nanggung" alias sedikit lagi sudah mencapai persyaratan. Mengapa Tuhan mengaturkan demikian?
Dalam empat minggu itu aku memang berdoa, "Tuhan, aku mau test ini lulus". Tetapi aku baru sadar kalau setelah aku menyelesaikan doaku itu aku masih tidak yakin "Ah, paling ga lulus lagi testnya." Doa macam apa itu? Bahkan aku sempat tidak memercayai kuasa Tuhan, apakah memang ada atau hilang.
Ada seorang kakak sekamarku yang adalah seorang dosen dan juga melayani di gereja, dia selalu bilang "Kamu beriman kan maju bulan ini? Kamu harus beriman." Dia selalu mengulang kalimat-kalimat itu tetapi sering kuabaikan.

Satu hari sebelum pengumuman hasil testku yang keempat, ada sidang doa (ibadah doa), dimana semua keperluan gereja dan keperluan saudara-saudari boleh disampaikan untuk didoakan bersama-sama. Ketika semua keperluan doa sudah disampaikan, tiba-tiba seorang kakak gembala mengatakan dengan lantang, "Mari kita doakan hasil test TOEFL saudari kita supaya lulus dan segera bisa maju sidang TA."
Aku kaget bukan main, hal sesepele itu dibawa menjadi doa gereja? Sebenarnya aku malu mesti dibawa ke dalam doa korporat seperti ini. Tetapi nyatanya kulihat semua mengangguk dan mengaminkan dengan serius, tidak ada yang tertawa ataupun menanyakan macam-macam.
Besoknya di hari pengumumannya aku benar-benar tidak bisa tenang. Bagaimana? Bagaimana jika tidak lulus lagi? 
Dengan tersungkur dan sangat lemas, aku berlutut di hadapan Tuhan. "Tuhan tunjukkanlah apa yang ingin Kau sampaikan."
Air mataku mengalir, Tuhan telah menyoroti aku dengan terangnya, betapa selama ini tidak berimannya aku! Aku berdoa, tetapi ragu. Aku punya harapan untuk maju sidang, tetapi tidak percaya. Padahal Tuhanku adalah Tuhan yang benar dan Tuhan yang hidup. Aku sungguh malu, bahkan Tuhan perlu mengaturkan situasi di awal melalui dosen pembimbingku. Walaupun yang berbicara adalah dosen pembimbingku, sebenarnya itu juga adalah perkataan Tuhan padaku. Harus lurus, kata dosenku. Harus beriman, kata Tuhan. Sejalan sebenarnya. Aku benar-benar tidak peka akan maksud Tuhan. Tetapi di akhir Tuhan akhirnya melatih aku bagaimana itu hidup oleh iman. Aku sungguh bodoh, selama ini mengikut Tuhan tetapi lupa bagaimana hidup oleh iman.
Dia berbicara melalui dosenku, aku tidak mengerti. Dia berbicara melalui kakak di kamarku, aku abaikan. Dia berbicara melalui saudara-saudari yang mendoakan di sidang doa, tetapi ku mulai paham. Hingga akhirnya ku berhadapan langsung dengan Tuhan, dan Dia menyatakan jelas padaku.

Siang itu kuhabiskan dengan mendoakan dan membacakan Ibrani 11, aku bahkan lupa aku mendoakannya sampai ayat yang keberapa. Bagaimana Abraham, Habel, Henokh, Nuh, dan lainnya hidup oleh iman. Abraham tidak tahu kemana Tuhan akan membawanya, tetapi dia percaya Tuhan akan tetap memberikan janji berkat. 

Setelah penuh dengan damai sejahtera, walau secara alamiah masih takut-takut, aku membuka hasil test dan hasilnya lulus bahkan lebih tinggi dari standar yang mesti dicapai.

Begitulah hidup oleh iman orang Kristen, dengan sederhana PERCAYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar